Ketua SHS, Albina mengatakan penggalian bungker Jepang itu bertujuan mengangkat kembali situs sejarah di Sabang yang selama ini terlupakan.
“Akibat dilupakan, situs yang seharusnya menjadi asset daerah ini sudah tertimbun dengan tanah,” katanya, kemarin.
Sabang Horitage Society (SHS), lembaga yang bergerak di bidang perlindungan aset sejarah, menggali terowongan atau bungker peninggalan Jepang di kawasan Jalan Ponegoro, Sabang, Minggu (17/7). (Harian Aceh/crz)
Menurutnya, jumlah terowongan peninggalan Jepang di Kota Sabang tidak sedikit. Hanya saja, kata dia, objek horitage warisan sejarah itu belum belum dioptimalkan sebagai objek wisata.
Menurutnya, jumlah terowongan peninggalan Jepang di Kota Sabang tidak sedikit. Hanya saja, kata dia, objek horitage warisan sejarah itu belum belum dioptimalkan sebagai objek wisata.
“Selain objek wisata bahari, Kota Sabang sangat memungkinkan dikembangkan sebagai objek wisata sejarah, mengingat banyak aset-aset peninggalan sejarah belum tergarap dengan baik,” tambahnya.
Albina menambahkan, penggalian situs sejarah itu di Jalan Ponegoro atau tepatnya di wilayah Tugu Pendopo Walikota Sabang merupakan inisiatif SHS dengan menggunakan biaya lembaga.
“Kami harap Pemko Sabang memprioritaskan program penggalian kembali aset yang hilang untuk mengembangkan potensi warisan sejarah di Sabang,” tandasnya.
Sementara Kabag Sejarah dan Kepurbakalaan Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Sabang Jamin Seda mengakui potensi wisata sejarah di Sabang banyak belum terakomodir dengan baik akibat terbatasnya anggaran.
“Selain aset sejarah, kita juga memiliki aset purbakala berupa tengkorak yang sudah menyatu dengan karang yang diperkirakan usianya sudah ribuan tahun di wilayah Keuneukai, Kecamatan Sukajaya,” ujar Jamin Seda.
Menurutnya, program penggalian kembali aset sejarah dan purbakala di Kota Sabang masih dalam tahap awal yang juga melibatkan pihak Balai Arkiologi dan Purbakala Medan, Sumatera Utara.(crz)
Sumber : Harian Aceh