World Achehnese Association (WAA) sebuah organisasi perkumpulan Masyarakat Aceh di luar negeri, menyampaikan rasa duka yang mendalam atas meninggalnya Saiful (Pon Cage) yang juga merupakan mantan panglima GAM di Wilayah Batee Iliek, Bireuen.
Lokasi ceceran darah mantan Panglima III wilayah Batee Ilik Komite Peralihan Aceh (KPA) Pon Cage, ditutup dengan surat kabar bekas. Menurut informasi, Cage menghembuskan nafas terakhir di TKP dan jenazahnya sekarang sudah dikembalikan ke rumah duka di Peusangan Selatan. Foto direkam Jumat (22/7) sekitar pukul 23.48 WIB.(GRA)
Tarmizi Age yang akrab dipanggil Mukarram, Koordinator World Achehnese Association Kepada The Globe Jornal, Minggu (24/7) meminta kepada seluruh anggota GAM supaya tidak terpengaruh dengan ulah pembunuh,"Seluruh anggota GAM baik yang pernah aktif sebagai sipil GAM maupun tentara GAM, Kami meminta untuk tidak terpengaruh dan terprofokasi dengan ulah pembunuh yang di sebut masih dalam pengejaran pihak polisi,"pintanya.
WAA melihat bahwa pembunuhan Saiful (Cage) merupakan proses transisi dan reintegrasi yang mundur dalam perdamaian Aceh, bahkan pembunuhan Cage lebih kepada upaya memperkeruh kondisi politik di Aceh.
Sebelumnya menjelang pemilu pada tahun 2009, Dedi Novandi alias Abu Karim (33), anggota KPA Bireuen (Wilayah Batee Iliek) juga ditembak mati oleh orang yang tidak di ketahui.
"Kami mengimbau kepada seluruh rakyat Aceh untuk mempertahankan diri dari tindakan dan sikap yang bisa memecah belah persatuan dan kesatuan kita, perdamaian yang telah di raih dengan susah payah perlu kita pertahankan bersama,"tandasnya.
Sumber : The Globe Journal