Anggota Koramil Simpang Kramat dilaporkan menurunkan secara paksa ratusan lembaran bendera dan umbul-umbul Partai Aceh di Kecamatan Simpang Kramat, Aceh Utara, Senin (2/3) malam. Aksi tersebut disaksikan langsung sejumlah warga setempat. Bahkan, Ketua Partai Aceh Sagoe Simpang Kramat, M. Dahlan sempat merekam aksi anggota Koramil melalui kamera handphone-nya.
Informasi yang saya kutip dari Harian Aceh dihimpun Harian Aceh menyebutkan, anggota Koramil Simpang Kramat memulai aksinya di kawasan Desa Paya Teungoh, yang terpaut hanya beberapa puluh meter dari Makoramil setempat, Senin sekitar 19.00-20.00 WIB. Setelah itu anggota Koramil melanjutkan penurunan bendera Partai Aceh di kawasan Keude Simpang Puet, ibukota Kecamatan Simpang Kramat, sekitar 700 meter dari Makoramil itu, sekitar pukul 20.30-21.25 WIB.
“Ada enam anggota Koramil Simpang Kramat bersenjata lengkap menurunkan ratusan bendera dan umbul-umbul PA di Desa Paya Teungoh dan Keude Simpang Peut. Bendera dan umbul-umbul PA dicabut paksa, lalu dimasukkan ke karung, tiangnya dicampakkan begitu saja di pinggir jalan,” kata M. Dahlan alias Maklan, 26, Ketua Partai Aceh Sagoe Simpang Kramat, saat ditemui di Keude Simpang Puet, Senin malam.
Menurut Maklan, keenam anggota Koramil itu adalah Sertu Charles, Sertu Sulpari, Koptu Suryanto, Pratu Zainal, Pratu Taslim, dan Pratu Junari. “Saat saya tanyakan kepada mereka perintah siapa menurunkan bendera partai kami, mereka bilang perintah komandannya. Disaksikan masyarakat ramai, sempat terjadi adu mulut antara saya dengan anggota Koramil itu. Salah seorang anggota Koramil mengancam menembak saya,” kata mantan kombatan ini.
Setelah sempat beristirahat selama dua jam, lanjut Maklan, ternyata enam anggota Koramil itu kembali beraksi. Kali ini, kata dia, anggota TNI itu menumbangkan sebuah pamplet Partai Aceh di bibir jalan Desa Paya Teungoh. “Pamplet partai kami dipotong, lalu dicampakkan di antara dua bangunan di desa itu,” kata Maklan.
Maklan mengaku sudah melaporkan kejadian tersebut kepada Ketua DPW Partai Aceh Kabupaten Aceh Utara. Kasus tersebut, kata dia, juga akan dilaporkan secara resmi kepada Panwaslu Aceh Utara dengan melampirkan sejumlah barang bukti. “Saksi cukup banyak, karena aksi anggota Koramil itu berlangsung di depan masyarakat. Selain itu, saya berhasil mengabadikan melalui kamera Hp saat anggota Koramil itu menurunkan paksa bendera partai kami,” katanya.
Pesimis dengan TNI
Juru bicara Partai Aceh Kabupaten Aceh Utara, Dedy Safrizal dalam konferensi pers di Lhokseumawe, Selasa (3/3) mengatakan pihaknya sudah pesimis dengan TNI khususnya di Aceh Utara. “Karena penurunan atribut Partai Aceh di Aceh Utara selalu dilakukan oleh anggota TNI, kita sanggup membuktikan. Dulu, di Kecamatan Nisam, pamplet Partai Aceh diturunkan oleh anggota TNI, kemudian di Samakurok Kecamatan Tanah Jambo Aye, sekarang giliran di Simpang Kramat,” katanya.
Menurut dia, pihaknya meminta Gubernur Irawndi Yusuf atas nama Pemerintah Aceh segera menyurati pemerintah pusat untuk membuka mata dan melihat langsung kondisi di Aceh Utara sekarang ini. Partai Aceh sebagai salah satu parlok peserta Pemilu 2009, katanya, selalu diintimidasi, diancam, dan dianiaya, tetapi tetap bersabar karena komit dengan perdamaian Aceh.
“Dulu selalu disebut OTK yang melakukan aksi, sekarang sudah terbukti, anggota TNI tertangkap basah merusak atribut Partai Aceh. Kita ingin melihat adanya penegakan hukum terhadap tindakan anggota TNI yang secara sengaja melanggar aturan. Mereka yang menegakkan hukum justru mempertontonkan aksi pelanggaran di lapangan, padahal mereka selalu bilang bersikap netral,” kata Dedy Safrizal.
Tampaknya, kata Dedy Safrizal, anggota TNI sengaja memancing aktivis Partai Aceh untuk meladeni tindakan kriminal yang semakin meluas ke berbagai daerah. “Tapi percayalah, kami tidak akan pernah terpancing dengan tindakan-tindakan yang berupaya merusak perdamaian,” kata Dedy yang mengaku bahwa kasus di Simpang Kramat sudah dilaporkan secara resmi kepada Panwaslu.
Juru Bicara Pusat Penguatan Perdamaian Aceh (PPP), Zulkifli alias Dolly meminta TNI untuk menghargai perdamaian Aceh. Dolly berharap agar tindakan intimidasi terhadap parpol seperti yang terjadi di Simpang Kramat tidak terulang lagi. Apalagi aksi anggota TNI itu sempat disaksikan oleh masyarakat. Mereka harus menghargai Partai Aceh yang merupakan partai legal. Tidak boleh lagi melakukan tindakan kriminal seperti itu,” kata dia.
Aksi anggota Koramil di Simpang Kramat, kata Dolly, dapat memicu konflik baru sehingga membuat masyarakat trauma. “Aksi seperti itu, seakan-akan Aceh sudah kembali seperti masa darurat militer. Warga akan menilai berarti suasana di Aceh belum kondusif. Kita sesalkan sikap anggota TNI yang terlalu arogan, apalagi mereka tahu hukum tapi melanggar peraturan yang berlaku,” kata mantan representatif GAM untuk Kantor AMM Perwakilan Aceh Utara dan Lhokseumawe ini.
Informasi yang saya kutip dari Harian Aceh dihimpun Harian Aceh menyebutkan, anggota Koramil Simpang Kramat memulai aksinya di kawasan Desa Paya Teungoh, yang terpaut hanya beberapa puluh meter dari Makoramil setempat, Senin sekitar 19.00-20.00 WIB. Setelah itu anggota Koramil melanjutkan penurunan bendera Partai Aceh di kawasan Keude Simpang Puet, ibukota Kecamatan Simpang Kramat, sekitar 700 meter dari Makoramil itu, sekitar pukul 20.30-21.25 WIB.
“Ada enam anggota Koramil Simpang Kramat bersenjata lengkap menurunkan ratusan bendera dan umbul-umbul PA di Desa Paya Teungoh dan Keude Simpang Peut. Bendera dan umbul-umbul PA dicabut paksa, lalu dimasukkan ke karung, tiangnya dicampakkan begitu saja di pinggir jalan,” kata M. Dahlan alias Maklan, 26, Ketua Partai Aceh Sagoe Simpang Kramat, saat ditemui di Keude Simpang Puet, Senin malam.
Menurut Maklan, keenam anggota Koramil itu adalah Sertu Charles, Sertu Sulpari, Koptu Suryanto, Pratu Zainal, Pratu Taslim, dan Pratu Junari. “Saat saya tanyakan kepada mereka perintah siapa menurunkan bendera partai kami, mereka bilang perintah komandannya. Disaksikan masyarakat ramai, sempat terjadi adu mulut antara saya dengan anggota Koramil itu. Salah seorang anggota Koramil mengancam menembak saya,” kata mantan kombatan ini.
Setelah sempat beristirahat selama dua jam, lanjut Maklan, ternyata enam anggota Koramil itu kembali beraksi. Kali ini, kata dia, anggota TNI itu menumbangkan sebuah pamplet Partai Aceh di bibir jalan Desa Paya Teungoh. “Pamplet partai kami dipotong, lalu dicampakkan di antara dua bangunan di desa itu,” kata Maklan.
Maklan mengaku sudah melaporkan kejadian tersebut kepada Ketua DPW Partai Aceh Kabupaten Aceh Utara. Kasus tersebut, kata dia, juga akan dilaporkan secara resmi kepada Panwaslu Aceh Utara dengan melampirkan sejumlah barang bukti. “Saksi cukup banyak, karena aksi anggota Koramil itu berlangsung di depan masyarakat. Selain itu, saya berhasil mengabadikan melalui kamera Hp saat anggota Koramil itu menurunkan paksa bendera partai kami,” katanya.
Pesimis dengan TNI
Juru bicara Partai Aceh Kabupaten Aceh Utara, Dedy Safrizal dalam konferensi pers di Lhokseumawe, Selasa (3/3) mengatakan pihaknya sudah pesimis dengan TNI khususnya di Aceh Utara. “Karena penurunan atribut Partai Aceh di Aceh Utara selalu dilakukan oleh anggota TNI, kita sanggup membuktikan. Dulu, di Kecamatan Nisam, pamplet Partai Aceh diturunkan oleh anggota TNI, kemudian di Samakurok Kecamatan Tanah Jambo Aye, sekarang giliran di Simpang Kramat,” katanya.
Menurut dia, pihaknya meminta Gubernur Irawndi Yusuf atas nama Pemerintah Aceh segera menyurati pemerintah pusat untuk membuka mata dan melihat langsung kondisi di Aceh Utara sekarang ini. Partai Aceh sebagai salah satu parlok peserta Pemilu 2009, katanya, selalu diintimidasi, diancam, dan dianiaya, tetapi tetap bersabar karena komit dengan perdamaian Aceh.
“Dulu selalu disebut OTK yang melakukan aksi, sekarang sudah terbukti, anggota TNI tertangkap basah merusak atribut Partai Aceh. Kita ingin melihat adanya penegakan hukum terhadap tindakan anggota TNI yang secara sengaja melanggar aturan. Mereka yang menegakkan hukum justru mempertontonkan aksi pelanggaran di lapangan, padahal mereka selalu bilang bersikap netral,” kata Dedy Safrizal.
Tampaknya, kata Dedy Safrizal, anggota TNI sengaja memancing aktivis Partai Aceh untuk meladeni tindakan kriminal yang semakin meluas ke berbagai daerah. “Tapi percayalah, kami tidak akan pernah terpancing dengan tindakan-tindakan yang berupaya merusak perdamaian,” kata Dedy yang mengaku bahwa kasus di Simpang Kramat sudah dilaporkan secara resmi kepada Panwaslu.
Juru Bicara Pusat Penguatan Perdamaian Aceh (PPP), Zulkifli alias Dolly meminta TNI untuk menghargai perdamaian Aceh. Dolly berharap agar tindakan intimidasi terhadap parpol seperti yang terjadi di Simpang Kramat tidak terulang lagi. Apalagi aksi anggota TNI itu sempat disaksikan oleh masyarakat. Mereka harus menghargai Partai Aceh yang merupakan partai legal. Tidak boleh lagi melakukan tindakan kriminal seperti itu,” kata dia.
Aksi anggota Koramil di Simpang Kramat, kata Dolly, dapat memicu konflik baru sehingga membuat masyarakat trauma. “Aksi seperti itu, seakan-akan Aceh sudah kembali seperti masa darurat militer. Warga akan menilai berarti suasana di Aceh belum kondusif. Kita sesalkan sikap anggota TNI yang terlalu arogan, apalagi mereka tahu hukum tapi melanggar peraturan yang berlaku,” kata mantan representatif GAM untuk Kantor AMM Perwakilan Aceh Utara dan Lhokseumawe ini.