Selain menguras habis kekayaan alam Aceh, rezim Suharto juga melancarkan genosida atas Muslim Aceh. Yang terkenal adalah masa DOM atau Operasi Jaring Merah (1989-1998). Banyak peneliti DOM sepakat jika kekejaman rezim ini terhadap Muslim Aceh bisa disetarakan dengan kekejaman yang dilakukan Milisi Serbia terhadap Muslim Bosnia di era 1990-an. Wilayah NAD yang sangat luas, sekujur tanahnya dijadikan kuburan massal di sana-sini. Muslim Aceh yang berabad-abad hidup dalam izzah Islam, dihinakan oleh rezim fasis Suharto serendah-rendahnya.
Jika Kamboja di bawah rezim Pol Pot dikenal memiliki The Killing Fields atau Ladang pembantaian, maka di Aceh dikenal pula Bukit Tengkorak. Di Aceh, jumlah ladang pembantaian yang besar ada 35 titik, ini jauh lebih banyak ketimbang ladang pembantaian yang ada di Kamboja.
Begitu banyak pameran kekejaman dan kebiadaban yang ditimpakan terhadap Muslim Aceh oleh rezim Suharto, sehingga jika dijadikan buku maka bukan mustahil, riwayat Tragedi Aceh akan menyamai tebalnya jumlah halaman koleksi perpustakaan Iskandariyah sebelum dibakar habis pasukan Mongol.
Dari jutaan kasus kejahatan HAM di Aceh, salah satunya adalah tragedi yang menimpa Tengku Bantaqiah, pemimpin Dayah (Pondok Pesantren) Babul Nurillah di Beutong Ateuh pada 23 Juli 1999. Ironisnya, walau secara resmi DOM sudah dicabut, namun kekejaman dan kebiadaban yang menimpa Muslim Aceh tidaklah surut. Tragedi yang menimpa Tengku Bantaqiah dan santrinya merupakan bukti.
Lengsernya Suharto pada Mei 1998 tidak berarti lengsernya sistem dan tabiat kekuasaan represif ala Orde Baru. Para presiden setelah Suharto seperti Habbie, Abdurrahman Wahid, Megawati, dan Susilo Bambang Yudhoyono, semuanya pada kenyataannya malah melestarikan sistem Orde Baru ini. Salah satu buktinya adalah KKN yang di era reformasi ini bukannya hilang namun malah tetap abadi dan berkembang penuh inovasi.
Sebab itulah, dicabutnya status DOM di Aceh pada 1998 tidak serta-merta tercerabutnya teror dan kebiadaban yang selama ini bergentayangan di Aceh. Feri Kusuma, salah seorang aktivis Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan Aceh menulis secara khusus tentang Tragedi Tengku Bantaqiah ini. Dalam artikel berjudul ‘Jubah Putih di Beutong Ateuh’, Feri mengawali dengan kalimat, “Beutong Ateuh memiliki sejarah yang cukup panjang. Daerah ini dibangun sejak masa kolonial Belanda, begitu orang Beutong bersaksi. Kecamatan Beutong Ateuh terdiri dari empat desa yaitu Blang Meurandeh, Blang Pu’uk, Kuta Teungoh dan Babak Suak. Kondisi geografisnya cocok untuk bersantai sambil menikmati panorama alam yang indah. Di daerah yang terletak di antara dua gunung ini mengalir sungai Beutong yang sejuk dan jernih. Pegunungannya yang mengelilingi Beutong Ateuh termasuk gugusan Bukit Barisan…”
Eramuslim yang pernah mengunjungi hutan belantara ini di tahun 2001, dua tahun setelah tragedi, menjumpai kondisi yang sangat mengenaskan. Bukan saja di Beutong Ateuh, namun juga nyaris di seluruh wilayah Aceh. Kemiskinan ada di mana-mana, padahal tanah Aceh adalah tanah yang sangat kaya raya dengan sumber daya alamnya. Jakarta telah menghisap habis kekayaan Aceh!
Beutong Ateuh terletak di perbatasan Aceh Tengah dan Aceh Barat. Dari Ule Jalan ke Beutong Ateuh, kita akan melewati pos kompi Batalyon 113/Jaya Sakti yang terletak di areal kebun kelapa sawit. Di areal kompi ini, tepatnya di gapura, terpasang papan pengumuman berisi tulisan “TEMPAT LATIHAN PERANG TNI”. Sekitar 10 kilometer dari kompi itu terpancang sebuah petunjuk jalan yang bertuliskan “SIMPANG CAMAT”; tanda menuju ke sebuah pemukiman. Namun tidak ada sebuah rumah pun di daerah ini. Sejauh mata memandang hanya tampak rerimbunan pohon besar di atas bukit dan jurang yang menganga. Tak heran jika hutan Cut Nyak Dien dan pasukannya memilih hutan ini sebagai pertahanan terakhir.
Walau berjarak lebih kurang 15 kilometer dari hutan ini, namun Kecamatan Beutong Ateuh tidak berbeda dengan hutan Simpang Camat. Di tengah-tengah hutan, kain putih usang terlihat berkibaran di areal Dayah. Kubah mushola, atap beberapa rumah, dan bilik pengajian yang berhadapan langsung dengan sungai Beutong terlihat jelas.
Tengku Bantaqiah mendirikan pesantren di desa Blang Meurandeh pada 1982 dan memberinya nama Babul Al Nurillah. Abu Bantaqiah, begitu para murid memanggilnya, adalah alim ulama yang disegani dan dihormati. Disini, Dayah Babul Al Nurillah mengajarkan ilmu agama, seni bela diri, dan juga berkebun dengan menanam berbagai macam sayuran untuk digunakan sendiri.
Kegiatan di Dayah ini tidak berbeda dengan pesantren lainnya di berbagai daerah di Indonesia. Selain mereka yang menetap di Dayah, ada pula orang-orang yang sengaja datang dan belajar agama untuk mengisi libur kerja atau sekolah. Jumlahnya lebih banyak daripada santri yang tinggal di pesantren.
Di Dayah ini, para santrinya kebanyakan adalah mereka yang pernah melakukan tindakan-tindakan tak terpuji di masyarakat seperti mabuk-mabukan, mencuri atau kejahatan lain yang merugikan dirinya sendiri maupun orang banyak. “Menurut Tengku Bantaqiah, untuk apa mengajak orang yang sudah ada di dalam masjid, justru mereka yang masih di luar masjidlah yang harus kita ajak. Itulah dasar dari penerimaan orang-orang seperti mereka tadi menjadi murid di sini,” tulis Feri Kusuma.
Bantaqiah adalah ulama yang teguh pendirian, sederhana, dan tidak goyah dengan godaan dunia. Baginya, dunia ada di dalam genggamannya, bukan di hatinya. Mungkin sebab itu dia pernah menolak bergabung sebagai anggota MUI cabang Aceh. Bantaqiah juga tidak bersedia masuk ke dalam partai politik mana pun. Baginya, Partai Allah sudah lebih dari cukup, tidak untuk yang lain. Sebab itu, Bantaqiah sering difitnah oleh orang yang berseberangan dengan dirinya. Ia dituduh mengajarkan kesesatan dan pada 1985 dicap dengan sebutan Gerombolan Jubah Putih.
Pemerintah Aceh berusaha melunakkan sikap Bantaqiah dengan membangunkan sebuah pesantren untuknya, namun lokasinya di kecamatan Beutong Bawah, jauh dari Babul Al Nurillah. Ini membuatnya menolak “pesantren sogokan” tersebut. Hal ini membuat hubungan Bantaqiah dengan Pemerintah setempat kurang harmonis. Dia dituduh sebagai salah satu petinggi GAM pada 192 dan dijebloskan ke penjara dengan hukuman 20 tahun.
Ketika Habibie menggantikan Suharto dan menyempatkan diri ke Aceh, Bantaqiah dibebaskan. Namun hal ini rupanya tidak berkenan di hati tentara hasil didikan rezim Suharto.
Di mata tentara, Bantaqiah adalah sama saja dengan kelompok-kelompok bersenjata Aceh yang tidak mau menerima Pancasila. Sebab itu keberadaannya harus dienyahkan dari negeri Pancasila ini. Para tentara Suharto itu lupa, berabad-abad sebelum Pancasila lahir, berabad-abad sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia lahir, Nanggroe Aceh Darussalam sudah menjadi sebuah negeri merdeka dan berdaulat lengkap dengan Kanun Meukota Alam, sebuah konstitusi yang sangat lengkap. Bahkan jauh lebih lengkap ketimbang UUD 1945 yang diamandemen di tahun 2002.
Sebab itu, pada Kamis, 22 Juli 1999, pasukan TNI yang terdiri dari berbagai kesatuan seperti angkatan darat dan Brimob mendirikan banyak tenda di sekitar pegunungan Beutong Ateuh. Walau warga setempat curiga, karena pengalaman membuktikan, di mana aparat bersenjata hadir dalam jumlah banyak, maka pasti darah rakyat tumpah, namun warga tidak bisa berbuat apa-apa. Firasat warga sipil terbukti. Tiba-tiba di hari itu juga terjadi insiden penembakan terhadap warga yang tengah mencari udang. Satu luka dan yang satu lagi berhasil menyelamatkan diri masuk hutan. Teror ini meresahkan warga.
Sedari subuh keesokan harinya, Jumat pagi, 23 Juli 1999, TNI dan Brimob sudah bergerak diam-diam mendekati pesantren dengan perlengkapan tempur garis pertama, yang berarti senjata api sudah terisi amunisi siap tembak. Pukul 08.00 tentara dan Bribom sudah berada di seberang sungai dekat pesantren. Dengan alasan mencari GAM, pada pukul 09.00 mereka membakar rumah penduduk yang letaknya hanya 100 meter di timur pesantren. Satu jam kemudian, pasukan tersebut mulai bergerak ke pesantren. Dengan seragam tempur lengkap dengan senjata serbu laras panjang, wajah dipulas dengan cat kamuflase berwarna hijau dan hitam, mereka mengepung pesantren dan berteriak-teriak mencaci-maki Tengku Bantaqiah dan memintanya segera menemui mereka.
Menjelang waktu sholat Jumat, para santri biasa berkumpul dengan Tengku Bantaqiah guna mendengar segala nasehat dan ilmu agama. Mendengar teriakan dari tentara yang menyebut-nyebut namanya, Bantaqiah pun datang bersama seorang muridnya. Aparat bersenjata itu tidak sabaran. Mereka merangsek ke dalam dan memerintahkan semua santri laki-laki untuk berkumpul di lapangan dengan berjongkok menghadap sungai.
Aparat dengan suara keras dan mengancam meminta agar Bantaqiah menyerahkan senjata apinya. Tengku Bantaqiah bingung karena memang tidak punya senjata apa pun, kecuali hanya pacul dan parang yang sehari-hari digunakan untuk berkebun dan membuka hutan. Aparat tidak percaya dengan semua keterangan Bantaqiah. Sebuah antena radio pemancar yang terpasang di atap pesantren dijadikan bukti oleh aparat jika selama ini Bantaqiah menjalin komunikasi dengan GAM. Padahal itu antene radio biasa.
“Komandan pasukan memerintahkan agar antena tersebut dicopot, dengan menyuruh putra Bantaqiah yang bernama Usman untuk menaiki atap pesantren. Usman langsung berjalan menuju rumahnya untuk mengambil peralatan, namun sebelum ia mencapai rumah yang jaraknya hanya tujuh meter dari tempat tentara mengumpulkan para santri, seorang anggota pasukan memukul Usman dengan popor senapan,” tulis Feri Kusuma, aktivis Kontras Aceh, berjudul “Jubah Putih di Beutong Ateuh”.
Melihat anaknya terjatuh, secara refleks Bantaqiah berlari mendekatnya hendak menolong. Tiba-tiba tentara memberondongnya dengan senjata yang dilengkapi pelontar bom. Bantaqiah dan puteranya syahid. Dengan membabi-buta, aparat murid dari Jenderal Suharto ini mengalihkan tembakan ke arah kumpulan santri. Lima puluh enam santri langsung syahid bertumbangan. Tanah Aceh kembali disiram darah para syuhadanya. Santri yang terluka dinaikkan ke truk dengan alasan akan diberi pengobatan dan yang masih hidup diminta berbaris lalu naik ke truk yang sama. Truk ini bergerak menuju Takengon, Aceh Tengah, yang berada di tengah rimba.
Di tengah perjalanan menuju Takengon, para santri diturunkan di Kilometer Tujuh. Mereka diperintahkan berjongkok di tepi jurang. Tiba-tiba salah seorang santri langsung terjun ke jurang dan menghilang dalam rimbunan hutan lebat di bawah sana. Para tentara mengguyur jurang itu dengan tembakan. Nasib para santri yang tersisa tak diketahui sampai kini. Kuat dugaan, para santri ini dibantai aparat Suharto dan dibuang ke jurang.
Sore hari, tentara memerintahkan warga setempat untuk menguburkan jasad yang ada. Para perempuan digiring menuju mushola yang ada di seberang sungai dan dilarang melihat prosesi penguburan. Aparat bersenjata ini kemudian mengamuk di pesantren. Mereka merusak dan menghancurkan semua yang ada, mereka membakar kitab-kitab agama termasuk kitab suci al-Quran dan surat Yasin yang ada di pesantren. Setelah puas membakar ayat-ayat Allah, aparat bersenjata didikan Suharto ini, kemudian kembali ke barak dengan sejumlah truk, meninggalkan warga yang tersisa yang hanya bisa menangis dan berdoa.
Setelah tragedi tersebut, warga Beutong Ateuh hanya bisa pasrah berdiam diri. Dengan segenap daya dan upaya, para santri yang tersisa—kebanyakan perempuan tua dan anak-anak kecil—membangun kembali pesantren tersebut dan meneruskan pendidikan dengan segala keterbatasan. Sampai kini, pesantren ini belum memiliki cukup dana untuk mengganti seluruh al-Quran, kitab-kitab kuning, dan surat-surat Yassin yang dibakar aparat. Juga barang-barang lain seperti seluruh pakaian, kartu tanda pengenal, dan sebagainya yang musnah terbakar. Sampai detik ini, tidak ada seorang pun pelaku pembantaian terhadap Tengku Bantaqiah dan santri Beutong Ateuh yang diseret ke pengadilan. Tidak ada satu pun komandan tentara yang dimintai pertanggungjawaban atas ulahnya membakar kitab suci Al-Qur’an dan surat Yassin, sampai hari ini. Para pelakunya masih bebas berkeliaran. Mungkin tengah menanti hukum Allah SWT atas ulah mereka. Sama seperti guru mereka: Jenderal Suharto.
Tragedi Beutong Ateuh hanyalah satu di antara jutaan tragedi kekejaman rezim Suharto terhadap Muslim Aceh. Anehnya, sampai detik ini tidak ada satu pun pejabat pemerintah, sipil maupun militer, yang terlibat kejahatan HAM sangat berat atas Muslim Aceh : The Atjeh Cyber
40 Comments
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
memang bejat that awak YAHUDI nyan,,
na salah meunye ta boeh nan YAHUDI dari MA IH KEN.,.,.
yahudi ase paleh
bek Temenak Lage nyan,, Hana gett...
smoa tdk terulang kembali
naudzubillahiminzalik..
1.4.5. Semua kejahatan sipil yang dilakukan oleh aparat militer di Aceh akan
diadili pada pengadilan sipil di Aceh.
Bek gadoeh peutimang jabatan keu krani jakarta
Hy Warga Aceh,,, Anda-Anda Jangan Mudah terPropokasi Oleh Orang2 Seperti Ini,, Intropeksi lah Diri Anda,, Jangan Mudah terpancing Emosi,, Kami Keluarga Besar Aceh di jakarta Akan sedih Melihat kalian Yg Gampang Kena Hasutan Sehingga Dapat Merugikan Diri dan Keluarga kalian sendiri,,, Cintailah Keindahan Aceh Pusaka, Jaga Eratlah Hubungan Silahturahmi Kita,,,Negeri saya Aceh Tercinta Mari Sama2 kita Jaga,,, Lihat Pemimpin Gubernur Nanggroe Aceh Kita,, Apakah Mereka Sudah Bisa Menjadi Seorang Pemimpin Yg Peduli terhadap Kita2,,,
Mari Kita Lihat Bersama,Pemerintah Indonesia Memberikan Kita Kedewasaan Untuk Berjalan, Tp Nyatanya malah Terjadi Perang saudara,, Intropeksi kembali Diri Kita,, Jangan Mudah Terhasut Oleh orang2 Yg Tidak bertanggung Jawab
Salem Awak Nanggroe nyoe kamo di jakarta Bangga Ngon Putra Bangsa Yg Adil Dan Makmur,,,, Salam Keluarga,,,Aminn....
Mari Kita Ciptakan Keindahan Serambi Mekah Ini,,,, Dengan Penuh Keindahan Damai, sejahtera, Dan di Cintai Siapapun Juga,,,
Orang2 Memprofokasi Kita Itu Orang2 Yg Senang Diatas Penderitaan Orang Lain,,,,
Mari Kita Pelajari Pengalaman Kejadian Yg Sudah Menimpa di Bumi Seuramo Mekah Tercinta ini, Mari Kita Hidup Kan Keindahan Abadi untuk Selamanya,,,
Aceh Aman Rakyat Senang,,, Raihlah Cita2mu Seperti Cahaya Bintang di Langit,,,,
Rubahlah Sikap Kita2 ini Yg Sangat Terpuruk Dengan Emosimu,,,
Perbanyak Mendekatkan Diri Kepada ALLAH SWT Dengan Jalan Sholat & Dzikir dan Berdoa, Semoga Orang2 Yg Masih Terpancing Emosi Akan Luluh Dan Damai di hati>>
Ingat Bulan Ramadhan Akan Tiba,, Mari Kita Perbanyakan Amalan,,, Bukan Hasutan seperti di Atas,, Musnahkan Org Seperti Itu. Aminnn
Inna lillahi wa inna ilayhi raji'un....
Blog kota banda aceh
(Kumpulan Berita, Data, dan Foto tentang Kota Banda Aceh dan Provinsi Aceh Terlengkap)
Bek tateumeunaklee,jino tapike teuma,kiban aceh tapeumaju,awak droukeh leh temeunak kaleuh,meunan karu awak droukeuh plung,yg tinggai hanco..
iklas.. hanya iklas yg jeut lon sampaikan. pu woe hukom bak allah swt. di akhee masa, ban mandum di peujeulas.. wahee syedara2, hukom donya cit kaa lagee nyan. pulang mantong bak yang poe alam nyoe. allah taala.
semoga Allah akan memberikan pahala syahit kepada Teungku Bantaqiah dan muridnya, dan beuancoe meusipreuk si PAI nyang tembak Teunku Bantaqiah ngoen murid droegeuh...
assalammualaikum.kejadian ini persis seperti ayat ALLAH. Yang artinya InsyaALLAH sbb: mereka (la'natullah) ingin memadamkan cahaya ALLAH (tngk.bantaqiah/perjuangan umat ISLAM) dgn makar mereka tapi ALLAH makin memperterang cahayanya(akn muncul 1000 tngk.bantaqiah yg baru) krna ALLAH adlh sebaik2 pembalas makar. ALLAHU AKBAR ....... Ya RABB jika engkau izinkan berilah hamba kemampuan untuk berjihad membunuh mereka yg tlh membantai saudaraku di aceh,rhohingya,pattani,morro,palestin,afganistan.dll waslam dariku fireman orang madura
Sayangnya gerakan aceh untuk merdeka tanggung, kalo mau pisah ya pisah terus....ngapain mau di bujuk lagi...
aceh lon sayang, aceh adalah bagian dari indonesia, tp indonesia bukan dari bagian aceh karena system indonesia adalah system militer yahudi catur "kerajaan adalah senjata". ikotlah system macam malaysia satu negara yang besar hidup 3 suku (melayu, cina, dan india) melayu berwatak (melayu=islam=mazhab imam syafii, cina=kristen,india=budha)mereka hidup tersystem...rakyat dibantu
Berkomentarlah yg baik2...sebagai bangsa Aceh jgn mudah terpancing emosi, apapun yg telah trjd dimasa lalu itu adalah sejarah..dan sejarah tdk akan bs terlupakan dan akan terus dikenang sepanjang masa. Namun kita generasi skrg jgn menyimpan dendam dihati karena dendam adalah penyakit yang sangat disukai setan. Sebagai bangsa Aceh yg baik, kita harus belajar dari sejarah masa lalu, supaya dimasa mendatang kita mnjd bangsa Aceh yang kuat, bermartabat, cerdas, bijaksana,dan lain-lain dan pastinya mjd manusia yy bertaqwa.
Tameu do'a bak ALlah yg ka meningai donya beu geubri pahala syahit dan yg mantong hudep mek dalee dengan peng griek... ingat janji bai'at dulu... jinoe kana jabatan yg dibri oleh rakyat Aceh.... chi peubuet lagee kheun awai.... Hudep lon untuk Aceh... darah lon untuk ACeh... Harta lon untuk Aceh.... jadi bek sampee Pejabat mantan kombatan dalee peutimang kroni dan peng bicah dari RI... semoga ALlah beu geubri Atjeh nyoe sabee dalam aman sentosa...
Saya yakin cerita ini sdh diberi bumbu (dilebih - lebihkan). Terutama tulisan yg menyebutkan anggota TNI membakar Al Qur'an, kitab2 kuning dan kitab2 lainnya. Ini tdk mungkin terjadi. Karena anggota TNI Sebagian besar beragama Islam. Se bejat2nya seorang Muslim tdk mungkin sampai membakar kitab suci agamanya sendiri. Karena kitab suci adalah simbol keyakinannya. Membakar kitab suci berarti membakar keyakinannya sendiri . Maka, Klopun ada anggota TNI lain yg non muslim yg berbuat demikian, paste akan ditentang dan dicegah oleh anggota TNI yg muslim. Anggota TNI berasal dari semua suku yg ada di IIndonesia dan sebagian besarnya muslim. Jdi,jika tulisan diatas menyebutkan anggota TNI membakar kitab suci umat Islam berarti secara tidak langsung telah merendahkan derajat keimanan suku muslim lain di Indonesia. Dengan demikian, maka inilah bukti kesombongan kalian suku Aceh, karena mersa lebih baik dan lebih beriman dripada suku lainnya. Inilah pula bentuk Ashabiyah (fanatik kesukuan) yg sangat dibenci Allah dan Rasulnya. Ini perilaku Jahiliyah. Apakah kalian tdk tahu sejarah bahwa Allah telah memusnahkan bangsa2 terdahulu akibat berlaku sombong!??? Kalian juga selalu menyebut negara RI dan aparatnya dgn sebutan PAI (pengkhianat agama islam). Maka ketahuliah bahwa kami masyarakat muslim Indonesia non Aceh mencintai dan membela agama islam Dan tdk pernah m3ngkhianatinya. Maka jgn lah mersa lebih baik dan lebih beriman, karena itu bentuk kesombongan. Dan kesombongan adalah kemungkaran! Terima kasih.
Apakah kalian lupa, saat kalian tertimpa bencana Tsunami, seluruh masyarakat IIndonesia berduka. Seluruh masyarakat Indonesia berlomba2 untuk menyumbangkan sesuatu yg dimilikinya, baik harta, tenaga atau bahkan hanya doa, hanya utk saudara2nya Di Aceh yg sedang tertimpa bencana. Sekarang, kalian dengan sombongnya menyebut suku selain Aceh dengan sebutan PAI. Sungguh, kalian tidak tahu berterima masih. ini bukan perilaku yg diajarkan Allah dan Rosul nya. Ini kesombongan, ini kemungkaran. Saya jdi berfikir, jangan2 Allah menurunkan bencana sunamiTsunami kpd kalian dulu adalah karena kesombongan kalian. Terima kasih.
herry haryanto.
Andai@ dirimu merasakan seperti yang telah dirasakan oleh rakyat Aceh dulu...mungkin dirimu juga berkata demikian...gag usah mengungkit waktu tsunami datang...indatu kami aceh dulu menumpahkan darahnya untuk memerdekakan NKRI ini dari penjajah...pernahkah kami mengungkapkannya...pernahkah kami meminta balas budi...pikirkan.
yg dijakarta diam aja, kalian tidak berada di aceh ketika konflik.
AIR MADU DI BALAS AIR TUBA..
monas itu punya orang jawa kah?
Tpi itu lah bukti kenyantaan nya,karna semua isi pesantren Itu di bakar semua
ªķu̶̲̥̅̊ tau kmu ini memang suka org aceh di buat sedemikian rupa,makanya kmu bela kelakuan TNI itu
KAMI MENGINGINKAN PERANG, KIRIM KEMBALI PASUKANMU KEMARI !!
NYAWA YANG SUDAH MELAYANG TIDAK BISA DIBAYAR DENGAN KATA DAMAI.
APALAGI DAMAI YANG SUDAH ADA TIDAK DIIKUTI DENGAN MAKNANYA, HANYA SEBATAS KATA D A M A I.
PAI BUI !!
Aceh lon syang taloe ngon peng grik..
mereka yang telah biadab kekapada kekasih Allah, sesungguhnya Allah sudah menyiapkan hukuman yang pantas untuk mereka,
dan kepada Pembela TNI..
mngkn anda hanya sekedar mendengar cerita belaka tentang aceh.
tp anda tidak hidup di aceh.
andai anda hidup di aceh terserah anda mau tinggal di suku jawa atau pun aceh. yang penting anda ada di aceh di masa komplik..
mungkin air mata darah yang akan anda keluarkan..
bukan karena kehilangan harta,, bukan juga karena kehilangan keluarga. tp kehilangan saudara.. ketika terjadi pembantai masal. padahal anda tidak mengenal siapa mereka semua yang di bantai TNI.. tp hati anda pasti terasa hancur dan sakit yang tak bisa di ukur.. kami bangsa aceh banyak kehilangan saudara sebangsa saudara seagama, hanya karna kebiadaban yang tak punyak alasan jelas. . ada TNI yang baik bkan tidak ada.. tp bukan berasal dari jawa ataupun batak,,, tp dari padang dan aceh.. banyak orang aceh masuk gam kadang bukan lagi untuk membela nanggroe.. tp untuk membela saudara yang sudah di perlakukan seperti binatang. andai anda berada di aceh di masa komplik dan mencoba merasakan penderitaan yang dirasakan orang aceh. rasa nya jgan pun harta, nyawa secara cuma2 akan anda sumbangkan. ingat "bukan untuk membela Nanggroe lagi" tp untuk saudara yang telah diperlakukan secara biadap oleh kaum jawa,,,,, mkan nya kebiadaban jawa sudah terukir di hati dan menjadi kenagan dan akan menjadi cerita sampai anak cucu.. jagan harap orang aceh melupakan semua itu..... walaupun generasi aceh tidak lagi menyaksikan kebiadaban itu semua.. tp mereka akan melanjutkan kenagan yang ada dan tetap muak kepada bangsa jawa.. malah lebih muak melihat bangsa jawa... dari pada bangsa batak yang secara langsung NON Islam.
This comment has been removed by the author.
haryanto...
apa yg kamu tau tentang ACEH...?
dan kamu tau ISLAM...?
pelajari dulu baru komen.
OK BRO.
Anda anda ini kok pda napsu nian berperang..berfikirlah yg jernih....ya mungkin anda siap berperang..tapi anak2 yg mustinya tumbuh menikmati hidupnya apakah akan siap...kehilangan orang tua kerabat dan saudaranya. ..ISLAM tidak membenarkan utk memelihara dendam. .aplg hrs saling menumpahkan darah...yg semestinya tidak perlu. ..damai itu indah kawan. .semoga Alloh SWT slalu memberikan hidayahnya kepada kita semua. ...klau anda mengaku ISLAM tp RASIS...anda ISLAM versi yg mana.....
Aceh bangsa loen.
Wahay sodara loen. Ap yg di cerita kan smua di atas tu benar.
Abu, shbat abu, aneuk , dak aneuk murid. Manduem nyan jie timbak' beuk kbiadaban tentra.
Dame' memang kana bak jaroe.
Tapi , bagi loen .
Darah ie bayeu' ngoen darah.
Nyawoeng harus ie bayeu ngoen nyawoeng.
bek karu
Tak ada asap tanpa api...masya alloh..indonesia harus bersatu kann..knpa hrs terpecah belah...renungi...sunami aceh...ato hkum alam sebagainya.
Oe betoi nyan..coba buka vidio jih na di youtube tentang tgk bantaqiah na di documentasikan disinan jelas berita jih.
selemah-lemah manusia membiarkan kezaliman merajalela di dunia ini.
apa masih ada yg komen?masih enak jaman soeharto toh...!!!
Wiranto Harus bertanggung Jalan..
Seharusnya baca sejarah. Yg tidak tau trimakasih tu sapa?monas itu sumbangan orang aceh. Pesawat jg sumbangan org aceh...baca sejarah dulu baru komentar..
Seharusnya baca sejarah. Yg tidak tau trimakasih tu sapa?monas itu sumbangan orang aceh. Pesawat jg sumbangan org aceh...baca sejarah dulu baru komentar..
Seharusnya baca sejarah. Yg tidak tau trimakasih tu sapa?monas itu sumbangan orang aceh. Pesawat jg sumbangan org aceh...baca sejarah dulu baru komentar..