Tamiang pada masa lalu pernah terpecah dua hingga menjadi dua kerajaan yakni Kerajaan Karang dan Kerajaan Benua Tunu. Tapi kedua kerajaan itu tetap tunduk pada negeri Karang. Dalam buku Tamiang Dalam Lintas Sejarah yang dikarang Ir Muntasir Wan Diman secara ringkas disebutkan bahwa Kerajaan Tamiang dijadikan dua kerajaan otonom.
Pada masa pemerintahan Raja Proomsyah yang kimpoi dengan Puteri Mayang Mengurai anak Raja Pendekar Sri Mengkuta tahun 1558 menjadi Raja Islam kedelapan dengan pusat pemerintahan di Desa Menanggini.
Sementara itu Raja Po Geumpa Alamsyah yang kimpoi dengan Puteri Seri Merun juga anak Raja Pendekar Sri Mengkuta memerintah di Negeri Benua sebagai Raja Muda Negeri Simpang Kiri Raja Benua Tunu.
Diuraikan Muntasir bahwa Kerajaan Karang muncul setelah Tan Mudin Syari (Raja Islam Tamiang ke 10) wafat, lalu diganti kemanakannya yang bergelar “Tan Kuala” (Raja Kejuruan Karang I) yaitu putera dari Raja Kejuruan Tamiang Raja Nanjo (Banta Raja Tamiang). Raja Kejuruan Karang Tan Kuala memerintah 1662 -1699 merupakan pengganti turunan Suloh.
Setelah Raja Tan Kuala meninggal dunia digantikan Raja Mercu yang bergelar Raja Kejuruan Mercu yang merupakan Raja Kejuruan Karang II. Pusat pemerintahan Raja Kejuruan Karang II di Pente Tinjo. Raja Kejuruan Karang II berdaulat 1699 - 1753 berlangsung aman dan tenteram.
Penggantinya Raja Kejuruan Banta Muda Tan egia berdaulat 1753 - 1800 merupakan Kerajaan Karang III. Selanjutnya Raja Karang III diganti Raja Sua yang bergelar Raja Kejuruan Sua (Raja Karang IV) memerintah 1800 - 1845 . Raja Sua diganti Raja Achmad Banta dengan gelar Raja Ben Raja Tuanku di Karang sebagai Raja Kejuruan Karang V yang memerintah 1845 - 1896 .
Pada masa raja ini-lah terjadi peperangan Aceh dengan Belanda 1873-1908 dan melalui peperangan itu, Raja Kejuruan Karang V meninggal dunia dalam tawanan Belanda.
Penggantinya adalah anak dia sendiri bernama Raja Muhammad bergelar Raja Silang sebagai Raja Kejuruan Karang ke VI. Raja Silang memerintah setelah lepas dari tawanan Belanda sejak tahun 1901 - 1925. Setelah Raja Silang meninggal dunia dimakamkan di belakang Masjid Desa Tanjung Karang. Makamnya saat ini dari pantauan Serambi terawat bersih dan sudah dipugar pihak Dinas Kebudayaan Provinsi NAD setahun lalu.
Pengganti Raja Silang adalah Tengku Muhammad Arifin sebagai Raja Kejuruan Karang ke VII yang merupakan Raja Kejuruan Karang terakhir memerintah tahun 1925 - 1946. Pada masa pemerintahan Tengku Muhammad Arifin dia membangun Istana Karang yang saat ini dikuasai pihak Pertamina Rantau karena sebelumnya keluarga Raja Kejuruan Karang telah menjualnya kepada seorang pengusaha yang bernama Azis.Tapi sekitar tahun 1999 terjadi bencana alam menyemburnya gas panas akibat dari pengeboran gas yang dilakukan pihak Pertamina.
Pemilik istana Azis disebut-sebut meminta ganti rugi kepada Pertamina.Karena sudah diganti rugi oleh pihak Pertamina sehingga istana tersebut dikuasai Pertamina. Belakangan kabarnya istana itu telah dihibahkan Pertamina kepada Pemkab Aceh Tamiang. Karenanya sekarang istana tersebut dijadikan Kantor Perpustakaan dan Arsip Pemkab Aceh Tamiang sebagian dan sebagian lagi dijadikan Kantor Penghubung Kodim 0104 Aceh Timur. Sementara halaman istana tersebut saat ini selalu dibuat acara seremonial keramaian masyarakat.Jika melewati Aceh Tamiang, istana tersebut bisa dilihat karena letaknya persis sekitar 30 meter dari jalan Negara Medan - Banda Aceh yang masuk wilayah Desa Tanjung Karang Kecamatan Karang Baru.
Kini turunan Tengku Muhamad Arifin salah seorangnya yang masih hidup adalah H Helmi Mahera Almoejahid anggota DPD/MPR-RI yang berkantor di Gedung MPR-RI Jakarta. Ibundanya Hj Tengku Mariani adalah putri Tengku Muhammad Arifin Raja Kejuruan Karang VII. Tengku Hj Mariani dipersunting sebagai isteri salah seorang pelaku sejarah Aceh pada zaman DI/TII yang bernama Tgk H Amir Husin Almoejahid (kedua ibunda dan ayahanda H Helmi Mahera Almoejahid ) telah meninggal dunia dan saat ini H Helmi berdomisili di Istana Kecil Kerajaan Karang VII bersama keluarga dan turunan Raja Kejuruan Karang.
Lintas sejarah mengenai Raja Karang berakhir sampai dengan Tengku Muhammad Arifin yang menyisakan sebuah istana yang kini tak jelas siapa pemiliknya. Sebab meskipun kabarnya sudah dihibahkan Pertamina, tapi berita acara serah terimanya tidak ada di daftar kepemilikan asset Pemkab Aceh Tamiang. Karena itu bukti sejarah tentang istana Raja Silang harus segera ditelusuri pihak Pemkab Aceh Tamiang.
Kemudian lintasan Kerajaan Benua Tunu diceritakan dalam buku yang sama di karang Ir Muntasir Wan Diman bahwa pada saat Raja Benua dikuasai Raja Muda Po Gempa Alamsyah sebagai Raja Benua Tunu yang pertama yang diberi gelar Raja Muda Negeri Sungai Kiri Benua Tunu I yang memerintah 1558 - 1588. Setelah wafat Raja Muda Po Gempa Alamsyah berturut-turut akhirnya hingga Raja Benua Tunu III yang dikenal Raja Muda Po Perum sebagai Raje Benua Tunu terakhir yang berdaulat 1629 - 1669. Setelah Raja Benua Tunu III wafat, kekuasaan kembali dipegang Raja Tan Kuala yang berarti Kerajaan Tamiang sudah tidak terpecah kembali.
Belakangan setelah Benua Tunu dikuasai Raja Tan Kuala sekitar tahun 1669 datang-lah Raja Po Nita bersama rombongan yang menggugat tentang silsilah bahwa beliau adalah keturunan Raja Muda Sedia (Raja Islam Tamiang yang pertama) dengan bukti menunjukkan surat dan sislsilah yang lengkap.Akibatnya terjadi perang saudara antara rakyat Tanjong Karang dengan yang mengakui Raja Tan Kuala sebagai Raja Tamiang dan rakyat di Benua Tunu mendukung Raja Penita ( Po Nita) sebagai Raja Tamiang, sehingga perang saudara pecah dan banyak memakan korban jiwa.
Kelanjutan dari kekuasaan antara Raja Tan Kuala dengan Raja Penita berakhir dengan campur tangannya Sultan Aceh yang pada saat itu dipimpin seorang ratu yang bernama Ratu Kemalat Syah.Hasil dari intervensi ratu tersebut diputuskan negeri Tamiang dipecah menjadi dua daerah lagi. Raja Tan Kuala sebagai raja yang berkuasa di daerah Sungai Simpang Kanan dan Raja Penita berkuasa di wilayah Sungai Simpang Kiri.
Banyak peristiwa lanjutan dari kedua kerajaan tersebut hingga masa penjajahan Belanda sampai merdeka. Belakangan Negeri Tamiang menjadi bagian dari Wilayah Aceh Timur yang berstatus Pembantu Bupati Wilayah III yang pusat pemerintahannya Kota Kuala Simpang.Selanjutnya 11 Maret 2002 Wilayah Tamiang disyahkan DPR-RI menjadi Kabupaten Aceh Tamiang melalui UU NO 4 Tahun 2002 tentang pemekaran Kabupaten Aceh Tamiang.
Sumber : http://serbagratiss.wordpress.com
Pada masa pemerintahan Raja Proomsyah yang kimpoi dengan Puteri Mayang Mengurai anak Raja Pendekar Sri Mengkuta tahun 1558 menjadi Raja Islam kedelapan dengan pusat pemerintahan di Desa Menanggini.
Sementara itu Raja Po Geumpa Alamsyah yang kimpoi dengan Puteri Seri Merun juga anak Raja Pendekar Sri Mengkuta memerintah di Negeri Benua sebagai Raja Muda Negeri Simpang Kiri Raja Benua Tunu.
Diuraikan Muntasir bahwa Kerajaan Karang muncul setelah Tan Mudin Syari (Raja Islam Tamiang ke 10) wafat, lalu diganti kemanakannya yang bergelar “Tan Kuala” (Raja Kejuruan Karang I) yaitu putera dari Raja Kejuruan Tamiang Raja Nanjo (Banta Raja Tamiang). Raja Kejuruan Karang Tan Kuala memerintah 1662 -1699 merupakan pengganti turunan Suloh.
Setelah Raja Tan Kuala meninggal dunia digantikan Raja Mercu yang bergelar Raja Kejuruan Mercu yang merupakan Raja Kejuruan Karang II. Pusat pemerintahan Raja Kejuruan Karang II di Pente Tinjo. Raja Kejuruan Karang II berdaulat 1699 - 1753 berlangsung aman dan tenteram.
Penggantinya Raja Kejuruan Banta Muda Tan egia berdaulat 1753 - 1800 merupakan Kerajaan Karang III. Selanjutnya Raja Karang III diganti Raja Sua yang bergelar Raja Kejuruan Sua (Raja Karang IV) memerintah 1800 - 1845 . Raja Sua diganti Raja Achmad Banta dengan gelar Raja Ben Raja Tuanku di Karang sebagai Raja Kejuruan Karang V yang memerintah 1845 - 1896 .
Pada masa raja ini-lah terjadi peperangan Aceh dengan Belanda 1873-1908 dan melalui peperangan itu, Raja Kejuruan Karang V meninggal dunia dalam tawanan Belanda.
Penggantinya adalah anak dia sendiri bernama Raja Muhammad bergelar Raja Silang sebagai Raja Kejuruan Karang ke VI. Raja Silang memerintah setelah lepas dari tawanan Belanda sejak tahun 1901 - 1925. Setelah Raja Silang meninggal dunia dimakamkan di belakang Masjid Desa Tanjung Karang. Makamnya saat ini dari pantauan Serambi terawat bersih dan sudah dipugar pihak Dinas Kebudayaan Provinsi NAD setahun lalu.
Pengganti Raja Silang adalah Tengku Muhammad Arifin sebagai Raja Kejuruan Karang ke VII yang merupakan Raja Kejuruan Karang terakhir memerintah tahun 1925 - 1946. Pada masa pemerintahan Tengku Muhammad Arifin dia membangun Istana Karang yang saat ini dikuasai pihak Pertamina Rantau karena sebelumnya keluarga Raja Kejuruan Karang telah menjualnya kepada seorang pengusaha yang bernama Azis.Tapi sekitar tahun 1999 terjadi bencana alam menyemburnya gas panas akibat dari pengeboran gas yang dilakukan pihak Pertamina.
Pemilik istana Azis disebut-sebut meminta ganti rugi kepada Pertamina.Karena sudah diganti rugi oleh pihak Pertamina sehingga istana tersebut dikuasai Pertamina. Belakangan kabarnya istana itu telah dihibahkan Pertamina kepada Pemkab Aceh Tamiang. Karenanya sekarang istana tersebut dijadikan Kantor Perpustakaan dan Arsip Pemkab Aceh Tamiang sebagian dan sebagian lagi dijadikan Kantor Penghubung Kodim 0104 Aceh Timur. Sementara halaman istana tersebut saat ini selalu dibuat acara seremonial keramaian masyarakat.Jika melewati Aceh Tamiang, istana tersebut bisa dilihat karena letaknya persis sekitar 30 meter dari jalan Negara Medan - Banda Aceh yang masuk wilayah Desa Tanjung Karang Kecamatan Karang Baru.
Kini turunan Tengku Muhamad Arifin salah seorangnya yang masih hidup adalah H Helmi Mahera Almoejahid anggota DPD/MPR-RI yang berkantor di Gedung MPR-RI Jakarta. Ibundanya Hj Tengku Mariani adalah putri Tengku Muhammad Arifin Raja Kejuruan Karang VII. Tengku Hj Mariani dipersunting sebagai isteri salah seorang pelaku sejarah Aceh pada zaman DI/TII yang bernama Tgk H Amir Husin Almoejahid (kedua ibunda dan ayahanda H Helmi Mahera Almoejahid ) telah meninggal dunia dan saat ini H Helmi berdomisili di Istana Kecil Kerajaan Karang VII bersama keluarga dan turunan Raja Kejuruan Karang.
Lintas sejarah mengenai Raja Karang berakhir sampai dengan Tengku Muhammad Arifin yang menyisakan sebuah istana yang kini tak jelas siapa pemiliknya. Sebab meskipun kabarnya sudah dihibahkan Pertamina, tapi berita acara serah terimanya tidak ada di daftar kepemilikan asset Pemkab Aceh Tamiang. Karena itu bukti sejarah tentang istana Raja Silang harus segera ditelusuri pihak Pemkab Aceh Tamiang.
Kemudian lintasan Kerajaan Benua Tunu diceritakan dalam buku yang sama di karang Ir Muntasir Wan Diman bahwa pada saat Raja Benua dikuasai Raja Muda Po Gempa Alamsyah sebagai Raja Benua Tunu yang pertama yang diberi gelar Raja Muda Negeri Sungai Kiri Benua Tunu I yang memerintah 1558 - 1588. Setelah wafat Raja Muda Po Gempa Alamsyah berturut-turut akhirnya hingga Raja Benua Tunu III yang dikenal Raja Muda Po Perum sebagai Raje Benua Tunu terakhir yang berdaulat 1629 - 1669. Setelah Raja Benua Tunu III wafat, kekuasaan kembali dipegang Raja Tan Kuala yang berarti Kerajaan Tamiang sudah tidak terpecah kembali.
Belakangan setelah Benua Tunu dikuasai Raja Tan Kuala sekitar tahun 1669 datang-lah Raja Po Nita bersama rombongan yang menggugat tentang silsilah bahwa beliau adalah keturunan Raja Muda Sedia (Raja Islam Tamiang yang pertama) dengan bukti menunjukkan surat dan sislsilah yang lengkap.Akibatnya terjadi perang saudara antara rakyat Tanjong Karang dengan yang mengakui Raja Tan Kuala sebagai Raja Tamiang dan rakyat di Benua Tunu mendukung Raja Penita ( Po Nita) sebagai Raja Tamiang, sehingga perang saudara pecah dan banyak memakan korban jiwa.
Kelanjutan dari kekuasaan antara Raja Tan Kuala dengan Raja Penita berakhir dengan campur tangannya Sultan Aceh yang pada saat itu dipimpin seorang ratu yang bernama Ratu Kemalat Syah.Hasil dari intervensi ratu tersebut diputuskan negeri Tamiang dipecah menjadi dua daerah lagi. Raja Tan Kuala sebagai raja yang berkuasa di daerah Sungai Simpang Kanan dan Raja Penita berkuasa di wilayah Sungai Simpang Kiri.
Banyak peristiwa lanjutan dari kedua kerajaan tersebut hingga masa penjajahan Belanda sampai merdeka. Belakangan Negeri Tamiang menjadi bagian dari Wilayah Aceh Timur yang berstatus Pembantu Bupati Wilayah III yang pusat pemerintahannya Kota Kuala Simpang.Selanjutnya 11 Maret 2002 Wilayah Tamiang disyahkan DPR-RI menjadi Kabupaten Aceh Tamiang melalui UU NO 4 Tahun 2002 tentang pemekaran Kabupaten Aceh Tamiang.
Sumber : http://serbagratiss.wordpress.com
bagaimana dengan nasib istri pertama Raja T.Muh.Arifin?
keadaan istana a skrg gmn???
dilestarikan gak???
kn it salah satu bukti nyata sejarah aceh...
Dear Bang said.Istri Pertama dari TM Arifin bernama Khadijah,beliau berasal dari Pulau Kampai.dari Hasil perkawinannya memiliki 2 org Putra, yg bernama Fromsyah & T Harun.Fromsyah meninggal di kala jelang Penobatan Beliau hendak menggantikan TM Arifin. T Harun meninggal di Bandung tahun 1988.
By T M Haris BIn T INdrasyah Bin T Harun Bin TM Arifin
Dear Bang Said, Istana saat ini berada di Jl IR H JUanda Karang Baru, sekarang menjadi Kantor Dinas Sosial Kabupaten Aceh Tamiang,
By Haris
kurang lengkap detail sejarahnya.lebih banyak lagi keterangan yang diperlukan beserta bukti bukti yang otentik
masih banyak thu kak sejarahnya yang belum terungkap...!!!
tapi tuk sekedar menambah pengetahuan cukuplah...!!!
by GonDRonG
dari Tanjung Karang Aceh Tamiang
sebener na yang asli itu kerajaan b.raja atau kerajaan karang baru..
karna saya lihat sejarah yg asli dan tromboh/ silsilah nya kerajaan benua raja itu asli dan karang baru bkan kerajaan melain kan bagian dari datuk 4 sudut dari wilayah seruway, sungai iyu,dan pindeng
Bagaimana dengan Kerajaan Kaloy bang berada di Pulau Tiga....????
knpa ya istana karang terlantar...
apapemkab nya g ngurusin
bagaimana tentang kerajaan yg berada di bukit suling,,,status kerjaan di tamiang masi bnyak yg belum terungkap.........masi bnyak sejarah2 yang da di tamiang
belum jelas ne sejarah2 di tamiang,,,,,,,(kuala simpang)masi bnyak lagi yg belum terungkap,,,,tolong di perjelas,,,dan bagi para pemkab aceh tamiang,,,sjarah2 atau monument kerajaan di aceh tAmiang di lestarikan,,yar jd cagar budaya aceh tamiang,,,jgn yg tau nya KORUPSI ja,pemerintahan di aceh tamiang kebanyakan korupsi,,kapan maju nya tamiang,,,diberantas donk,,,dan masi bnyak penggangguran di tamiang,,,,akibat para korup yg kotor,,,,,,,,,fuck to para anggota2 dewan yg korup,,,
by,,,,the Tharam Streets
tidak jelas,,,sjarah tamiang,,,,,
1 tambahan lagi bagi bapak2 ditamiang yg berkuasa,,,jgn tau nya memperkaya diri,,,,KORUPSI,,tanpa kami,,kalian bukan apa2,,dan bagi anggota GAM,,,kalian baru naek tahta...masi ada GERAKAN LAEN YG aAKAN menghancurkan GERAKAN KALIAN ,,CAM KAN itu...........
BY,,, PEMUDA ACEH TAMIANG dan GERAKAN PEMBANTU PEMUDA TAMIANG TEMPO DULU KERAJAAN ASLI taMIANG
Salam kenal dan salam persaudaraan. Numpang lewat gan, apa kabarnya? Makasih artikelnya sejarah kerajaan tamiang, semoga pemerintahan aceh tamiang yang sekarang lebih baik, lebih maju perkembangannya, tidak ada lagi kerusuhan. Saya tunggu kunjungan baliknya di: OBYEKTIF.COM trims atensinya.
Salam kompak:
Obyektif Cyber Magazine
(obyektif.com)
ada penjelasan ngk tentang istana di bukit suling???
Tolong dijelaskan apa kaitan Kerajaan Tamiang dengan Kerajaan Indera Purba yang berada di lokasi yg sama.
Dengan hormat,
Saya membutuhkan buku "Tamiang dalam Lintasan Sejarah"? Karena saya memerlukan buku itu guna menyusun buku sejarah Kerajaan-kerajaan Nusantara pascakeruntuhan Majapahit. Jika ada yang memiliki buku itu saya bersedia membelinya. Silakan menghubungi saya di Ivan Taniputera, no telp 0816658902 atau email ivan_taniputera@yahoo.com. Saya juga berminat dengan sejarah kerajaan-kerajaan uleebalang lainnya di Aceh. Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan banyak terima kasih.
Salam hormat,
Ivan Taniputera
Kemana keturunan raja muda sedia?
ada yang mengganjal menurut saya di sini.
kenapa tak ada kapal yg jadi dari daun talas di katakan di sini.
Mari sama2 kita dukung pemkab untuk menelusuri sejarah Temiang,,
setuju?
Tolong psting lebih banyak lagi info kerajaan Temiang,,krn saya benar sangat minim infonya padahal saya adalah putra Temiang,
Pematang Durian,Kec.SEKRAK.
domisili sementra di Lhokseumawe.
sungguh mengecewakan, menurut rumor sekarang istana kecil di depan istana karang pun dijual oleh pihak keturunan keluarga raja. dan dibongkar lalu dibangun menjadi rumah makan.
yang Tengku Mulkan mksd rumah makan P*k Ul*s ya...
hmmm... masih banyak yg belum terungkap, tapi info nya sangat bagus dan berguna juga.. terimakasih
Keluarga kami berasal dari Tamiang. Menurut informasi dari beberapa orang tua yg pernah saya jumpai, kami berasal dari Kejuruan Muda. Tapi informasi yang ada sangat minim.
Saya hanya mendengar dari mereka bahwa dulu ada putra raja yang gagap, sehingga tidak bisa menjadi raja. Dari anak raja yg gagap inilah kami berasal. Apakah ada yang tau perihal anak raja kejuruan muda atau kerajaan manapun di tamiang yang gagap ?
Mohon Infonya
Salam,
twitter : @tengkuadri
This comment has been removed by the author.
This comment has been removed by the author.
tu betol yang di bilang . . akbar . . . karang yg diberi oleh belanda . . . ye aje dah salah . . .ingek munt . . . TANYE DGN ORANG TEMIANG , , ,JGN ASAL BUEK
sy keturunan OK dr kampung sy tamiang.
skrg sy di australia dan sy sdg mencari asal usul negri sy.
menurut sy ini sebuah cerita rekayasa utk menaikan nama pihak tertentu.
krn tdk adanya raja muda sedia pd cerita diatas.
temiang = tdk terkena miang
sprtny kite hrs mncr fakta otentik dr mreka yg berusia diatas 70 thn.
nice artikel.!
Pengobatan Alami Kurap di Selangkangan
Assalamualaikum
Saya syed malindo bin syed mustafa al jamalulail, saya pengen tau cerita ini lebih lengkap
Tolong bantuannya
Terima kasih
Wassalammualaikum
Assalamualaikum
Saya syed malindo bin syed mustafa al jamalulail, saya pengen tau cerita ini lebih lengkap
Tolong bantuannya
Terima kasih
Wassalammualaikum
Saya setuju dgn akbar. Kerajaan tamiang yg asli yaitu benua raja ada buktinya dr tromboh/silsilah,sedangkan karang baru bkn kerajaan melainkan 4 wilayah datuk, Seruway,sungaiyu,pindeng. Raja muda sedia itu raja di benua raja, dan adiknya bernama raja itam,raja muda sedia memiliki putti bernama putri lindung bulan asal mula nama sma negri 1 kej.muda.raja muda sedia tdk meninggal tp raib,dan adiknya raja itam kuburannya dpt kita liat di blkg kantor pos ksimpg,sedangkan T.m.rifin merupakan perantau dr bilah, bkn putra asli tamiang.
Ini cerita ngaur pak
Cerita BERAK