Masyarakat Gayo di Aceh Tengah hidup di daerah pegunungan atau dataran tinggi. Mereka tetap melestarikan seni budaya bangsa yang salah satunya adalah Didong. Didong adalah kesenian tradisional yang sangat populer dan diminati oleh masyarakat Gayo. Para senimannya dipanggil dengan sebutan ceh-ceh Didong. Ada beberapa nama pemain didong yang terkenal, di antaranya Ceh Lakiki, Ceh To‘et, Ceh Daman, Ceh Ibrahim Kadir, Ceh Ujang Lakiki, Ceh Ucak, Ceh Tujuh, Ceh Idris Sidang Temas, dan Ceh Abd Rauf.
Didong merupakan seni pertunjukkan yang dilakukan oleh para lelaki secara berkelompok (biasanya berjumlah 15 orang), dengan ekspresi yang bebas, sambil duduk bersila atau berdiri sambil mengentak-entakkan kakinya. Mereka melantunkan syair-syair berbahasa Gayo dengan suara merdu, sambil manabuh gendang, bantal atau panci dan bertepuk tangan secara bervariasi, sehingga memunculkan suara dan gerak yang indah dan menarik.
B. Keistimewaan
Seni pertunjukkan tradisional yang menjadi kebanggaan masyarakat Gayo ini mampu bertahan hingga sekarang di tengah perkembangan teknologi dan pengaruh westernisasi. Masyarakat tidak bosan-bosannya menyaksikan ceh-ceh didong berdidong di hampir setiap malam minggu. Pertunjukannya pun dilakukan hingga semalam suntuk (dari isya hingga subuh).
Syair-syair yang dilantunkan dengan kekuatan perpaduan konfigurasi seni gerak, sastra dan suara bagaikan “menyihir” para penonton untuk “hanyut” dan terus mendengar refleksi sosial dan religius dari ceh-ceh didong tentang berbagai persoalan sosial yang ada di masyarakat, beserta hubungan manusia dengan alam, agar hidup ini dapat disikapi secara bijaksana.
Regenerasi seniman Didong berjalan baik, karena hampir di setiap generasi muncul seniman-seniman berbakat dan fenomenal. Mereka umumnya bersekolah di sekolah “rimba”. Pengetahuan yang mereka peroleh adalah pengetahuan tentang kosmologi alam, sebagai bentuk kesadaran mikrokosmos dalam struktur realitas, dan pengetahuan akan pengetahuan dan kearifal lokal serta kebijaksanaan. Pesan-pesan yang mereka sampaikan dalam berkesenian adalah pesan-pesan humanis dan hati nurani rakyat. Tidak berlebihan apabila Sutradara Garin Nugroho, menyebutkan bahwa Aceh adalah gudang seniman handal.
C. Lokasi
Kabupaten Aceh Tengah, Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia.
D. Akses Menuju Lokasi
Akses menuju Kabupaten Aceh Tengah lebih mudah ditempuh melalui Kota Bireun, Nanggroe Aceh Darussalam. Ada sebuah terminal kecil tempat mangkal angkutan elf yang khusus ke Takengon dengan tarif kurang lebih sebesar Rp. 25.000,00 (Januari 2008) dengan lama perjalanan sekitar 5 jam. Selain dari Kota Bireun, ada jalan alternatif menuju Kabupaten Aceh Tengah, yaitu melalui wilayah Blang Kejeren dan Kutacane.
E. Harga Tiket
Didong adalah pertunjukkan rakyat, sehingga tidak dipungut biaya untuk menyaksikan pertunjukkan ini. Namun demikian, apabila pertunjukkan ini dikompetisikan atau dipertunjukkan dalam event-event tertentu, mungkin akan dikenai biaya.
F. Akomodasi dan Fasilitas lainnya
Di Takengon, Ibu Kota Kabupaten Aceh Tengah, tidak sulit mencari penginapan kelas melati atau pun hotel berbintang, restoran dan kedai makanan. Apabila pertunjukan itu dilaksanakan di kota kecamatan atau di kampung, belum diketahui apakah ada akomodasi dan fasilitas-fasilitas lainnya yang memadai untuk para pelancong.
Sumber : http://ensiklopedi-budaya-indonesia.blogspot.com