Sejak tahun 1789 Kerajaan Aceh Darussalam sudah menjalin hubungan dagang dengan Amerika Serikat. Kapal-kapal dari Amerika datang untuk memuat lada yang kemudia diangkut ke Amerika Serikat, Eropa dan Cina. Menurut M Nur El Ibrahimy dalam buku Selayang Pandang Langkah Diplomasi Kerajaan Aceh, setiap tahun diangkut sekitar 42.00 pikul atau sekitar 3.000 ton. Pusat perdagangan itu dilakukan di Pelabuhan Kuala Batee, Susoh.
Sejak tahun 1829, karena harga
lada di pasaran internasional merosot, jumlah kapal Amerika yang datang
ke pelabuhan Kerajaan Aceh Darussalam mulai menurun. Di antara kapal yang datang dalam masa
kemerosotan ekonomi itu adalah kapal Friendship milik Silsbee, Pickman,
dan Stone di bawah pimpinan nakhoda Charles Moore Endicot, seorang
mualim yang sering membawa kapalnya ke Kerajaan Aceh Darussalam.
Pada 7 Februari 1831 kapal tersebut
berlabuh di pelabuhan Kuala Batee, Aceh Selatan. Ketika Endicot dan anak
huahnya berada di daratan, tiba-tiba kapal tersebut dibajak oleh
sekelompok penduduk Kuala Batee. Akan tetapi, dapat dirampas kembali oleh
kapal-kapal Amerika yang kebetulan saat itu berada di perairan Kuala
dengan kerugian sebesar US $ 50.000 dan tiga anak buahnya terbunuh.
Peristiwa itu kemudian menimbulkan sejumlah tanda tanya. Pasalnya, selama setengah abat menjalin hubungan dagang belum pernah terjadi perompakan seperti itu. Menurut M Nur El Ibrahimy, ada beberapa penyebab terjadinya peristiwa tersebut.
Pertama, peristiwa itu dipicu oleh kekecawaan orang Aceh yang selalu ditipu oleh Amerika dalam perdagangan lada. Hal itu diketahui sustu ketika, berat lada yang dibeli dari Kerajaan Aceh Darussalam 3.986 pikul tapi ketika dijual kembali oleh Amerika beratnya menjadi 4.583 pikul. Hal itu dilakukan melalui pemalsuan takaran timbangan. “Caranya, melalui sebuah sekrup yang dapat dibuka di dasar timbangan yang berbohot 56 lbs., diisi 10 atau 15 pon timah sehingga dalam satu pikul lada orang Aceh dikecoh sebanyak 30 kati,” jelas M Nur El Ibrahimy.
Peristiwa itu kemudian menimbulkan sejumlah tanda tanya. Pasalnya, selama setengah abat menjalin hubungan dagang belum pernah terjadi perompakan seperti itu. Menurut M Nur El Ibrahimy, ada beberapa penyebab terjadinya peristiwa tersebut.
Pertama, peristiwa itu dipicu oleh kekecawaan orang Aceh yang selalu ditipu oleh Amerika dalam perdagangan lada. Hal itu diketahui sustu ketika, berat lada yang dibeli dari Kerajaan Aceh Darussalam 3.986 pikul tapi ketika dijual kembali oleh Amerika beratnya menjadi 4.583 pikul. Hal itu dilakukan melalui pemalsuan takaran timbangan. “Caranya, melalui sebuah sekrup yang dapat dibuka di dasar timbangan yang berbohot 56 lbs., diisi 10 atau 15 pon timah sehingga dalam satu pikul lada orang Aceh dikecoh sebanyak 30 kati,” jelas M Nur El Ibrahimy.
Penyebab lainnya, perompakan itu
terjadi akibat provokasi Belanda karena Amerika telah berhasil
menguasai perdagangan lada dikawasan pantai barat-selatan Aceh. Belanda
ingin merusak nama baik Kerajaan Aceh Darussalam dimata dunia dengan tuduhan bajak
laut dan tidak mampu melindungi kapal-kapal asing yang berlabuh
diperairannya.
Kerajaan Aceh Darussalam membantah hal itu, kepada
para pedagang asing dan dunia internasional kerajaan Aceh Darussalam memberi
penjelasan bahwa perompakan itu ditunggangi Belanda. Belanda sengaja
mempersenjatai sebuah kapal Kerajaan Aceh Darussalam yang dirampasnya. Kapal itu dinahkodai
oleh seorang suruhan Belanda yang bernama Lahuda Langkap.
Saat merompak kapal Friendship
milik Amerika di Kuala Batee pada 7 Februari 1831, Lahuda Langkap dan
anak buahnya yang dibayar Belanda dalam perampokan itu menggunakan
bendera Kerajaan Aceh Darussalam.
Pembajakan kapal Friendship itu
kemudian tersiar luas di Amerika Serikat menjadi jelas ketika kapal
tersebut tiba kembali di pelabuhan Salem pada tanggal 16 Juli 1831.
Senator Nathanian Silsbee, salah seorang pemilik kapal Friendship dan
Partai Whip (Partai Republiken) yang beroposisi terhadap pemerintahan
Presiden Jackson, sekaligus seorang politikus yang sangat berpengaruh
pada masa itu, langsung menyurati Presiden Jackson pada tanggal 20 Juli
1831.
Silsbee meminta agar Pemerintah
Amerika menuntut ganti rugi atas pelanggaran yang dilakukan oleh
penduduk Kuala Batee terhadap kapal Friendship. Ia juga menyampaikan
petisi yang ditandatangani oleh seluruh pedagang Salem kepada Pemerintah
Amerika Serikat. Isinya, meminta agar dikirimkan kapal perang ke
perairan Kerajaan Aceh Darussalam untuk menuntut ganti rugi dan penguasa yang bertanggung
jawab atas Kota Pelabuhan Kuala Batee.
Di samping itu, salah seorang
pemilik kapal Friendship yang lain. Robert Stones, bersarna dengan
Andrew Dunlop dan salah seorang sahabatnya yang dekat dengan Presiden
Jackson, meminta kepada Menteri Angkatan Laut, Levy Woodbury, agar
mendesak Presiden Jackson mengirim kapal perang ke Kuala Batee. Silsbee
sendiri secara pribadi menulis surat kepada Woodbury, menggambarkan
betapa besar keresahan yang ditimbulkan oleh peristiwa Kuala Batee di
kalangan pedagang-pedagang Salem.
Pemerintah Amerika sebelum
menerima imbauan dari Senator Silsbee telah memutuskan akan mengambil
tindakan terhadap pelanggaran atas kapal Friendship di Kuala Baree itu.
Setelah membaca peristiwa itu dalam surat-surat kabar, Woodbury segera
memerintahkan agar disiapkan segala keperluan untuk menuntut ganti rugi
atas pelanggaran tersebut.
Sebelum menerima surat dan
Silsbee, dia telab mengadakan konsultasi dengan Presiden Jackson pada
tanggal 21 Juli 1831. Tujuannya, mendapatkan persetujuan Presiden atas
surat yang akan dikirim kepada Silsbee. Isi surat ini meminta informasi
mengenai peristiwa Kuala Batee. Selain itu, juga dalam rangka memberi
tahu Presiden bahwa dia sedang mempersiapkan eskader Pasifik untuk
melaksanakan suatu tugas di Sumatra.
Ketika Presiden Jackson menerima
imbauan Silsbee, tanpa ragu-ragu segera mendukung dengan membubuhi
disposisi singkat dalam surat tersebut, isinya, meminta agar kasus Kuala
Batu menjadi perhatian, serta kalau diangap perlu pemerintah Amerika
melalui Menteri Angkatan Laut harus mengeluarkan surat perintah kepada
Kapten kapal Potomac.
Potomac merupakan kapal perang
terbaik dalam armada Amerika Serikat waktu itu. Ketika kasus Kuala Batee jadi pembicaraan di Amerika, kapal tersebut sedang dalam persiapan
membawa Menteri Luar Negeri Amerika Van Buren ke Inggris. Akan tetapi
atas perintah Presiden Jackson kapal itu dialihtugaskan untuk berangkat
ke Kerajaan Aceh Darussalam.
Pada tanggal 9 Agustus 1831,
Komodor John Downes, selaku kapten Potomac diberi instruksi yang lengkap
mengenai segala tindakan yang harus dilakukan sesampainya di Kuala
Batee. Pertama-tama dia harus mencari informasi lebih dahulu mengenai
insiden di Kuala Batee.
Apabila informasi yang diperoleh
sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh kapten kapal Friendship di
Washington maka dia harus menuntut ganti rugi atas kekerasan yang
dilakukan oleh orang-orang Aceh terhadap kapal Friendship. Kalau
tuntutan itu tidak dipenuhi, dia harus menangkap pelaku-pelaku kejahatan
tersebut dan inembawa mereka ke Amerika Serikat untuk diadili sebagai
bajak laut.
Perintah lainnya,
benteng-benteng di Kuala Batee harus dimusnahkan. Sebaliknya, bila
informasi yang diperoleh di Kuala Batee berbeda dengan keterangan Kapten
Kapal Friendship, maka Amerika hanya meminta ganti rugi serta menghukum
pelakunya.
Pada 29 Agustus 1831, kapal
Potomac berangka dari New York ke Kerajaan Aceh Darussalam dengan membawa 260 marinir.
Sebelum sampai di Kuala Batee Komodor John Downes kapten kapal tersebut
melakukan penyimpangan terhadap instruksi Menteri Angkatan Laut Amerika
yang diterimanya.
Ia terpengaruh dengan cerita
yang didengarnya dan kapten kapal Friendship, Endicot, dan orang-orang
Inggris yang dijumpainya di Tanjung Harapan dalam pelayarannya ke Kuala
Batee, yaitu bahwa harapan untuk mendapat ganti rugi dan penguasa Kuala
Batee tidak mungkin terpenuhi.
Ia mengirim Letnan Marinir
Shubrick untuk mengamat-amati keadaan di darat, tapi penduduk Kuala Batee tidak terkecob oleh penyamaran yang dilakukan Downes. Mereka lalu
berkumpul di pantai untuk menghadapi sesuatu kemungkinan. Mendengar
laporan yang demikian dan Shubrick, Downes memerintahkan untuk mendarat
dengan kekuatan seluruh anak buah Potomac dan mengepung benteng-benteng
yang berada di pantai Kuala Batee serta menangkap pemimpin-pemimpinnya.
Subuh 6 Februari 1832, sebanyak
260 orang marinir Amerika di bawah pimpinan Shubrick mendarat di Kuala
Batee dan mengepung benteng-benteng yang ada di sana. Namun, karena ada
perlawanan maka marinir Amerika membunuh semua yang berada di dalam
benteng-benteng, termasuk wanita dan anak-anak serta merampas segala
sesuaru yang berharga.
Setelah melakukan pembunuhan
itu, mariner Amerika mengundurkan diri dengan dua orang diantara mereka
tewas dan sembilan luka-luka. Downes kemudian memerintahkan menembaki
kota pelahuhan Kuala Batee melalui meriam-meriam dari kapal Potomac.
Seketika Pelabuhan Kuala batee pun jadi abu.
Tindakan Downes itu dikecam oleh
sebagian politikus Amerika, diantaranta George Bencroft, yang pada
waktu penembakan Kuala Batee berada di atas kapal Potomac. Sebagian
harian Amerika yang terbit di Washington, seperti harian dagang yang
sangat berpengaruh, Nile’s Weekly Register, kuga mengecam tindakan
tersebut.
Pada tanggal 23 Juli 1832
seorang anggota DPR Amerika, Henry A.S. Dearborn dan Partai Republik
Massachusetts yang beroposisi, mengajukan sebuah mosi yang meminta agar
Presiden Jackson menyampaikan kepada Kongres mengenai Instruksi Downes
untuk menggempur Kuala Batee, dan laporan tentang peristiwa tersebut.
Mosi ini diterima oleh sidang. Pada hari itu juga, Presiden Jackson
memenuhi permintaan kongres, tetapi minta agar hal tersebut jangan
dipublikasikan sebelum laporan lebih lanjut diterima.
Dalam sidang Sabtu malam,
tanggal 24 Juli 1832, permintaan Presiden itu diperdebatkan. Anggota
Dearborn berpendapat bahwa hal tersebut harus dipublikasikan karena bila
menutup-nutupi peristiwa tersebut, Downes akan mendapatkan sorotan
jelek dari khalayak ramai. Sebaliknya, Ketua Komisi Urusan Angkatan
Laut, Michael Hoffman dan Partai Dernokrat New York, menentang pendapat
Dearborn dengan suatu amandemen bahwa peristiwa tersebut dapat
dipublikasikan, tetapi harus menunggu laporan lebih lanjut.
Dalam amanat tahunannya,
Presiden Jackson tidak menyinggung sama sekali peristiwa penggempuran
Kuala Batee oleh Potomac yang dipimpin Downes. “Hal
mi menunjukkan bahwa peristiwa pembakaran Kuala Batee dan pernbantaian
penduduknya oleh marinir Amerika telah dipeti-es'kan (dibekukan),” tulis M Nur El Ibrahimy.
Oleh : Iskandar Norman
Sumber : Atjeh Cyber
Oleh : Iskandar Norman
Sumber : Atjeh Cyber
No comments:
Post a Comment