Sebelum ia menjadi sultana, Aceh dipimpin oleh suaminya, yaitu Sultan Iskandar Tsani (1637-1641). Setelah Iskandar Tsani wafat amatlah sulit untuk mencari pengganti laki-laki yang masih berhubungan keluarga dekat. Terjadi kericuhan dalam mencari penggantinya. Kaum Ulama dan Wujudiah tidak menyetujui jika perempuan menjadi raja dengan alasan-alasan tertentu. Kemudian seorang Ulama Besar, Nurudin Ar Raniri, menengahi kericuhan itu dengan menolak argumen-argumen kaum Ulama, sehingga Sultana Safiatuddin diangkat menjadi sultana.
Sultanat Safiatuddin memerintah selama 35 tahun, dan membentuk barisan perempuan pengawal istana yang turut berperang dalam Perang Malaka tahun 1639. Ia juga meneruskan tradisi pemberian tanah kepada pahlawan-pahlawan perang sebagai hadiah dari kerajaan. Sejarah pemerintahan Sultana Safiatuddin dapat dibaca dari catatan para musafir Portugis, Perancis, Inggris dan Belanda. Ia menjalankan pemerintahan dengan bijak, cakap dan cerdas. Pada pemerintahannya hukum, adat dan sastra berkembang baik.
Sumber : http://www.bluefame.com
jika sejarah ini dibuat secara detil, pasti akan lebih menarik,,,mungkin bisa dibuat novel,drama atau epik
ReplyDeleteSEJARAH YG MANTAB
ReplyDeleteomaaaaaaaaaaa mantap that, hana ku eh lom mula i beuklam, nyo baro abeh kubaca.
ReplyDeleteyang mat bendera nyan seupo anek muda??
ka jet lah beh! tenget that ka nyo..
salem kema2dum rakan di nanggroe..
TERIMONG GENASEH..
salam
ReplyDeleteterima kasih atas perkongsian. tp boleh tak saudara/i kongsi mengenai keempat-empat ratu Aceh dengan lebih detail. sebab saya perlukan data & maklumat yang lengkap, padat dan berautoriti bagi menyiapkan thesis saya yang berkisar mengenai kesultanan Aceh...terima kasih.
Ratu tajul alam safiatuddin boleh berdamping dengan orang ke mase kini ke?
ReplyDeleteRatu tajul alam safiatuddin bolleh berdamping dengan orang mase kini ke..sesiapa yg tahu tolong hubungi sy..
ReplyDelete