Tertembaknya mantan pemimpin Libya Muammar Khadafi meninggalkan duka bagi sebagian orang Aceh. Setidaknya, itulah yang dirasakan Ligadinsyah, mantan anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang pernah kuliah, sekaligus ikut pelatihan militer di kamp Tajura, Libya. Bagi Liga, tanpa Khadafi, tak pernah ada angkatan perang GAM. Bahkan, sebagian anggota GAM pernah jadi pengawal Khadafi.
Dua tahun di Libya, meninggalkan kenangan mendalam bagi Ligadinsyah. Liga yang ketika itu masih berusia 24 tahun terpilih sebagai salah satu dari lima pemuda Aceh yang mendapat beasiswa kuliah di Al Fatah University, Tripoli, tahun 1986. Dia mengambil jurusan bahasa Arab. "Kami kuliah di sana atas rekomendasi almarhum Teungku Hasan Tiro," kata Liga yang kini berusia 48 tahun kepada The Atjeh Post, Jumat (21/10).
Menurut Ligadinsyah, tak lama setelah dia ke Libya, barulah gelombang pemuda Aceh lainnya dikirim ke sana untuk ikut pelatihan militer. "Tahun 1987, saya dipercaya sebagai penerjemah untuk kawan-kawan dalam latihan militer. Saat libur kuliah, saya juga ikut bergabung dalam pelatihan militer," kenangnya.
Meski pemberontakan GAM dimulai tahun 1977, pendidikan militer secara besar-besaran memang baru dimulai pada 1986-1990. Maka tumpah ruahlah sekitar seribuan pemuda Aceh ke Libya. Mereka dikirim dalam tiga gelombang. Alumni Libya inilah yang kemudian menjadi tulang punggung pergerakan GAM. Bahkan, Muzakir Manaf, mantan Panglima GAM yang kini menjadi ketua Partai Aceh adalah mantan alumni Libya.
Terletak sekitar 10 kilometer dari pusat kota Tripoli dan berada di pinggir laut, kamp Tajura adalah salah satu kamp pelatihan yang diperuntukkan bagi kelompok 'bermasalah' dengan negaranya. Kata Lingga, Khadafi menyebutnya: pelatihan untuk orang-orang tertindas dan terzalimi di negaranya. "Setahu saya, dananya dari anggaran belanja resmi Libya. Khadafi bilang itu bantuan resmi untuk orang-orang yang terzalimi di negaranya," kata Liga.
Selain dari Aceh, kata Lingga, pelatihan militer itu diikuti 'pemberontak' dari Pattani (Thailand), Moro (Philipina), Amerika Latin dan Afrika.
Sejauhmana kedekatan Hasan Tiro dengan Khadafi? Menurut Ligadinsyah, hubungan keduanya cukup dekat. Bahkan, Hasan Tiro dipercaya sebagai ketua Makbatabah Al Alami, sebuah lembaga nonstruktural yang menjadi penasehat politik Khadafi. Selain itu, Tiro juga didaulat menjadi President COmmittee peserta pelatihan militer, membawahi peserta dari negara-negara lain. "Tingkat kepercayaannya kepada Teungku Hasan sangat tinggi. Teungku Hasan juga cukup populer di kalangan tangan kanan Khadafi," kata Ligadinsyah.
Ligadinsyah juga masih ingat benar, sejumlah lulusan terbaik GAM di Tanjura pernah menjadi pengawal pribadi di ring satu Khadafi. Baginya, Libya dan Khadafi adalah cikal bakal angkatan perang Aceh Merdeka."Kalau Indonesia standar militernya Amerika, angkatan perang GAM dulu kiblatnya ke Libya."
Sederet kenangan dan hubungan itulah yang membuat Ligadinsyah merasa terenyuh ketika di televisi, ia melihat Khadafi tewas dan diperlakukan tidak manusiawi pada Kamis (20/10) pagi. "Secara pribadi saya sedih juga dan tidak simpati kepada tindakan-tindakan kekerasan seprti itu. Apapun cerita, dia pemimpin yang pernah membebaskan Libya dari tirani Raja Idris itu dan pemimpin yang disegani di negara-negara Arab. Harusnya dia diperlakukan lebih manusiawi," ujarnya.
Kini, Khadafi dan Hasan Tiro telah tiada. Mereka pergi dengan meninggalkan jejak sejarah antara Aceh dan Libya.[]
Penulis : Yuswardi A Suud
Sumber : AtjehPost
Hanya manusia-manusia yang berprilaku binatang saja yang tidak bisa menghargai jasa-jasa pemimpin besarnya seperti Khadafi dan Hasan tiro. Rakyat Libya telah menjadi Anjing-anjing amerika, sehingga dengan mudah mereka membunuh salah satu pemimpin besarnya.
ReplyDeletemampos tu tiran berhati iblis
ReplyDeleteSekarang mereka telah tiada, tp perjuangan kan hrs tetap membara. Rakyat Aceh sekrang agak sedikit lebih baik dr zaman konflik. Kondisi rakyat Aceh sekarang masih parah, kondisi ekonomi pun masih payah. Terbuai dng masa lalu itu tidak akan membawa perubahan Aceh, kita harus berjuang membenahi negeri ini agar kembali ke Aceh yg sediakala. Setuju?
ReplyDeleteatjehlitelature.blogspot.com
Tiran atau Pahlawan...hanya dibedakan dari sudu mana dia dipandang. Bagaimana pun...dia berani mengatakan tidak kepada Amerika serikat....namun di sisi lain dia membantai ribuan anggota Ikhwanul Muslimin Libya. Memang kekuasaan bisa merubah pahlawan menjadi vampir haus darah.
ReplyDeletewahh nice info, jadi tambah ilmu :D
ReplyDeletemakasih informasinya,,,,
ReplyDeleteitu semua harus jadi inspirasi dan pengalaman buat kita rakyat aceh jangan mudah ditipu daya oleh yahudi dan kristen.tegakkanlah islam di aceh dari bangsa kafir,,,,terutama untuk peminpin aceh ,berhati hatilah dari tipu mereka .
ReplyDeleteLiat yang asik asik ada disini... Gabung ya... Masukin nomer hape qm... www.sexword.blog.com
ReplyDeleteAwas fitnah, istighfar selalu
Delete